Resensi Buku adalah

FAST DOWNLOADads
Download

– Ketika ragu ingin membeli sebuah buku atau tidak, apa yang pertama kali dicari? Benar. Calon pembeli buku niscaya akan mencari resensi yang ditulis sebagai materi pertimbangan untuk membeli sebuah buku atau tidak. Resensi sanggup menjadi tolok ukur yang akurat untuk mengukur kualitas isi dari sebuah buku.


Pengertian Resensi Buku


Ketika


Secara istilah, resensi berasal dari bahasa latin Recensio dan serapan dari bahasa Belanda ketika masa penjajahan, yakni resentie. Masing-masing kata tersebut mempunyai arti yang sama, yaitu mengulas kembali.


Resensi memang mempunyai arti sebagai kegiatan mengulas kembali sebuah buku yang prosesnya meliputi menilai, memberitahukan kelebihan serta kekurangan buku. Hasil dari resensi sendiri bisa dijadikan sebagai materi pertimbangan serta memberi citra umum bagi calon pembeli buku


Tujuan Resensi Buku


Ketika


Dalam melaksanakan kegiatan resensi, tentu peresensi mempunyai beberapa tujuan tertentu. Adapun tujuan utama dilakukannya resensi buku adalah:



  • Memberikan informasi yang komprehensif atau menyeluruh perihal sebuah buku

  • Mengajak pembaca untuk mendiskusikan problema dalam sebuah karya

  • Memberikan pertimbangan kepada calon pembeli, apakah karya tersebut pantas dibeli atau tidak

  • Menjawab pertanyaan dari orang yang mungkin ingin tau dengan karya yang diluncurkan

  • Mengenalkan sebuah karya kepada khalayak

  • Sebagai sumber informasi bagi orang yang berminat membeli judul buku yang telah diresensi

  • Membantu publik untuk mengetahui evaluasi umum dari sebuah buku

  • Memberitakan informasi mengenai kelemahan dan kelebihan buku

  • Mewartakan sisi undercover dari sebuah buku

  • Memberikan perbandingan antara satu buku dengan buku yang lain

  • Memberi masukan berupa kritik dan saran kepada penulis


Manfaat Resensi Buku


Ketika


Selain memenuhi beberapa tujuan tertentu, resensi juga mempunyai beberapa manfaat yakni sebagai berikut:



  • Untuk mengasah kemampuan intelektual penulis dalam mengobservasi. Ini dikarenakan dalam membuat resensi, penulis diharuskan mencari kelemahan dan kelebihan buku dari sudut pandang objektif

  • Membantu penulis untuk memahami isi buku secara mendalam

  • Dari sisi ekonomi, resensi membantu penulis untuk mendapatkan uang kalau teks resensi yang dihasilkannya dimuat dalam koran

  • Jika penulis rutin menulis resensi, maka akan memperbesar kans serta meningkatkan dapat dipercaya penulis di mata media dan penerbit buku. Jika sudah demikian, biasanya penerbit sendiri yang akan meminta penulis resensi untuk memberi evaluasi pada karya yang telah dibuat.


Ciri Resensi Buku


Ketika


Resensi buku berbeda dengan teks kebahasaan yang lain dan mempunyai ciri tersendiri. Berikut beberapa ciri resensi yang membedakannya dengan teks jenis lain:



  • Berisi evaluasi terhadap buku

  • Memiliki judul resensi dan identidats buku

  • Memiliki nama penulis resensi

  • Tulisan mengandung kekurangan dan kelebihan buku

  • Menggunakan bahasa formal dan tidak harus baku


Struktur Resensi Buku


Ketika


Berikut struktur resensi buku:



  • Identitas yang berisi judul, nama penngarang, penerbit, tahun terbit, dan beberapa identitas buku lainnya yang dianggap perlu

  • Orientasi buku berupa klarifikasi singkat mengenai buku tersebut dan alasan kenapa buku tersebut layak diresensi

  • Sinopsis buku secara menyeluruh tanpa mengandung spoiler

  • Analisis yang berisi evaluasi buku. Baik berupa unsur, tema, penokohan, alur, dan lain sebagainya.


Sistematika Resensi Buku


Ketika


Sistematika penulisan resensi buku nyaris sama dengan struktur yang terkandung dalam resensi buku, yakni terdiri dari:



  • Judul resensi

  • Identitas buku

  • Pembukaan berupa pengenalan buku

  • Sinopsis secara keseluruhan

  • Ulasan yang mengomentari tokoh, alur, dan lain sebagainya

  • Keunggulan

  • Kekurangan

  • Tinjauan buku

  • Penutup yang bisa berupa kesimpulan


Cara Membuat Resensi


Ketika


Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam membuat resensi. Berikut tahapannya:


Menentukan Orientasi Resensi


Hal pertama ialah menentuka orientasi resensi. Jika sebuah resensi dibuat, tentukanlah tujuan simpulan dari resensi tersebut. Apakah resensi itu untuk kiprah sekolah, mengisi blog pribadi, atau dikirimkan ke media massa?


Menentukan tujuan dari resensi tersebut akan berdampak pada kualitas resensi yang dihasilkan. Karena masing-masing segmen tujuan resensi mempunyai standar resensi yang berbeda.


Untuk resensi yang ditujukan di blog pribadi, bahasa yang dituliskan tentu tidak harus seformal resensi untuk kiprah sekolah ataupun kalau ditujukan ke koran. Sedangkan resensi untuk kiprah sekolah niscaya tidak harus sedetail resensi yang ditujukan ke koran.


Dengan menentukan orientasi simpulan dari resensi buku, maka penulis akan menyesuaikan gaya penulisan serta memudahkan penulis dalam mencari kalimat pembuka yang pas di teks resensinya.


Memilih Jenis Buku


Sebelum melaksanakan resensi, tentu harus menentukan jenis buku apa yang ingin diresensi. Ini akan membantu penulis resensi untuk fokus pada buku yang diresensinya. Pada tahap pemilihan ini, usahakan untuk menentukan buku yang sesuai dengan minat baca si penulis.


Hal ini bukan dimaksudkan untuk membatasi tema ataupun bidang si penulis, tetapi lebih kepada kualitas resensi yang dihasilkan. Penulis resensi yang mahir di bidang ekonomi tentu akan menemukan banyak kesulitan kalau harus meresensi buku bertema agama.


Membuat Anatomi Buku


Setelah menentukan jenis buku, maka mulailah untuk mengambil sebuah buku untuk diresensi. Usahakan buku yang ingin diresensi ialah buku baru, terutama kalau ingin dikirim ke media cetak.


Buku gres akan mempunyai hype yang berbeda dengan buku lama, lantaran orang akan ingin tau dengan isi bukunya. Meskipun demikian, resensi untuk kiprah sekolah boleh menggunakan buku yang telah lama.


Setelah menentukan buku, buatlah anatomi dari buku tersebut. Anatomi yang dimaksud ialah buku yang akan diresensi dengan format sebagai berikut:



  • Judul resensi

  • Judul buku

  • Penulis

  • Penerbit

  • Harga

  • Tebal


Membaca dan Mencatat Buku


Ini ialah proses resensi yang paling penting, lantaran meliputi seluruh isi resensi.  Bacalah buku yang mau diresensi dengan detail dan catatlah poinpenting yang dirasa perli. Sebagai informan tangan pertama, mencatat hal penting entah berupa kutipan atau pemikiran yang dirasa penting memang sebuah kewajiban bagi peresensor.


Menulis Resensi


Berikut ialah hal yang harus dituliskan dalam sebuah resensi:



  • Anatomi buku yang telah ditulis pertama kali

  • Membuat judul yang menarik dan provokatif

  • Ringkasan garis besar buku atau sinopsis

  • Memberi evaluasi mengenai substansi buku dan membandingkannya dengan buku lain

  • Menuliskan sisi buku yang berbeda dan menonjol

  • Memberitahu manfaat buku bagi pembaca

  • Melakukan self editing dan mengoreksi karya dari sebuah resensi.


Memublikasikan Resensi


Hal selanjutnya ialah memublikasikan resensi yang telah ditulis. Publikasi merupakan tahap simpulan yang harus dilakukan oleh resensor biar kritik dan saran yang ia layangkan kepada penulis buku tersampaikan dengan baik.


Pada intinya, meresensi buku berarti membuatkan ilmu mengenai sebuah buku dan melontarkan pendapat kepada khalayak. Bisa berarti juga membagi wawasan kepada orang yang membaca resensi kita.


Teknik dalam Meresensi Buku


Ketika


Ada 3 teknik dalam meresensi buku, yakni sebagai berikut:


Teknik Cutting and Glueing


Seperti namanya, cutting and glueing berarti menggunting dan melekatkan. Teknik ini ialah teknik dasar dalam resensi dan bisa dipraktikan bagi orang yang pertama kali melaksanakan resensi buku. Cutting and Glueing bisa juga disebut sebagai teknik pemula yang harus dikuasai.


Dalam melaksanakan teknik ini, peresensi biasanya mengumpulkan potongan goresan pena dari buku yang diresensi ke dalam catatan. Tulisan yang dipotong bisa berupa kalimat menarik, materi yang ada di dalam buku, ataupun gagasan-gagasan yang terdapat di dalam buku.


Setelah potongan yang didapat dikira cukup dan sudah mengandung seluruh buku, maka kiprah penulis hanyalah tinggal merekatkan goresan pena satu sama lain. Hanya saja, dalam merekatkan potongan goresan pena satu sama lain tetap harus dalam sudut pandang si penulis.


Artinya, tetaplah jaga eksistansi resensor di dalam teks resensi yang ditulisnya dan tetap resensor yang berbicara. Peran sebagai pengait gagasan yang telah ada itu tetap harus disisipi komentar cerdas dan beberapa saran yang menegaskan eksistensi resensor sebagai penulis resensi.


Teknik Focusing


Berbeda dengan teknik sebelumnya, teknik resensi yang satu ini lebih kepada memokuskan atau memusatkan perhatian kepada satu pecahan dalam buku yang kira-kira menonjol. Adapun tahapan yang harus dilakukan untuk menggunakan teknik focusing ini ialah sebagai berikut:



  • Menyajikan latar belakang buku, berupa tema yang dilengkapi dengan deskripsi. Dalam pecahan ini, harus ada titik singgung antar resensi sehingga pembaca mendapatkan informasi yang lebih banyak perihal isi buku tersebut.

  • Fokus kepada pembagian terstruktur mengenai isi buku

  • Memokuskan resensi kepada kelebihan buku dengan mengemukakan segi menarik dari buku ataupun pada kekuranangannya

  • Kemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran evaluasi dari peresensi.


Pada pecahan keunggulan dan kelemahan buku yang bisa dicatat ialah mempersoalkan organisasi sebuah buku: apakah alur dan hubungan antar babnya berpengaruh atau tidak. Setelah itu, barulah lihat detail buku tersebut.


Detail buku yang dimaksud termasuk isi buku dan bagian-bagiannya. Jika organisasi buku ialah citra buku secara luas, maka detail yang dimaksud ialah citra buku dengan ruang lingkup yang lebih sempit.


Kemudian yang dinilai ialah bahasa yang digunakan dalam sebuah buku. Apakah gaya penceritaan atau gaya bahasa yang digunakan sesuai dengan genre atau jenis bukunya atau tidak. Dan hal terakhir yang dinilai oleh peresensor ialah teknik yang digunakan.


Meskipun demikian, keempat unsur resensi (organisasi, isi, gaya bahasa, dan teknik) tidak semua sanggup diterapkan dalam resensi. Bisa saja peresensor hanya fokus kepada satu hal, contohnya fokus ke isi buku. Dan ini tidak masalah, selama yang dibahas masih sama dengan buku yang diresensi.


Teknik Comparing


Seperti namanya, comparing berarti membandingkan. Teknik ini memang perihal membandingkan dua buah buku dalam satu resensi.


Peresensi yang menggunakan teknik ini biasanya membaca beberapa buku yang sejenis dengan buku yang diresensi. Tetapi perlu diingat bahwa perbandingan yang dimaksud di sini bukanlah perbandingan yang frontal. Melainkan dengan membaca banyak buku, maka peresensi akan lebih jeli dalam menilai dan menemukan kekurangan serta kelebihan dari buku yang diresensi.


Teknik ketiga ini biasanya mengandung ulasan yang lebih tajam dan lebih kaya. Sehingga wawasan pembaca perihal buku ini juga semakin bertambah.


Contoh Resensi Buku


Ketika


Buku yang biasa diresensi bermacam-macam, dari mulai fiksi berbentuk novel hingga buku non-fiksi berbentuk pengembangan diri. Berikut beberapa contoh resensi buku yang biasa diresensi:


Contoh Resensi Buku Pelajaran


Resensi buku pelajaran tidak terlalu berbeda dengan resensi yang dibuat. Berikut satu contoh resensi buku pelajaran yang bisa dijadikan acuan:



Judul ResensiMengenal Lebih Dekat Kamus Saku Kimia


Identitas buku


Judul buku: Collins Gem: Kamus Saku Kimia


Penulis: W A H Scott B.Sc., Ph.D.


Penerbit: Penerbit Erlangga


Harga: 10.000,-


Tebal: 229 hal


Pengenalan Buku: Apakah kau pernah mendengar mengenai kamus seri Collins Gem yang populer itu? Edisi kamus Collins Gem ialah seri kamus yang terbit di tahun 1994 dengan konsep bergambar dan memuat istilah-istilah dasar dari bidang yang di bawahi. Tidak hanya kimia, kamus ini juga mempunyai seri Kamus Saku Fisika, Kamus Saku Matematika, Kamus Saku Biologi, dan lain sebagainya.


Uraian Isi Buku: Kamus ini mempunyai judul orisinil COLLINS GEM CHEMISTRY BASIC FACT yang diterjemahkan oleh Suminar Achmadi, Ph.D. seorang dosen yang mengajar di Institut Pertanian Bogor dan diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Sama menyerupai kamus pada umumnya, Kamus Saku Kimia ini berisi arti istilah dan beberapa konsep dasar dalam kimia sehingga pelajar ataupun mahasiswa lebih gampang dalam mempelajari kimia.


Keunggulan Buku: Buku ini disusun secara alfabetis dengan format yang kecil sehingga sangat simpel dan gampang dibawa kemana-mana. Selain itu, Kamus Saku Kimia ini juga mempunyai lema atau entri yang tersusut apik, dimana setiap entri diuraikan secara singkat, padat, dan jelas.


Bahasa yang digunakan dalam kamus ini juga cukup sederhana dan gampang dipahami. Selain itu, buku ini juga mempunyai daftar abreviasi dalam istilah kimia, lambang umum dalam kimia, tanda ancaman dan artinya dalam dunia teknik industri, dan indeks kimia.


Kelemahan Buku: Yang menjadi salah satu kelemahan buku ini ialah isinya terlalu padat hingga cenderung membosankan. Bukan tipe buku pelajaran yang akan dibuka dengan bahagia hati oleh para pelajar ataupun mahasiswa.


Kesimpulan: Meskipun demikian, buku ini sangat berkhasiat bagi pelajar yang ingin mempelajari kimia dengan mudah. Selain lantaran lengkap, buku ini juga gampang dibawa kemana saja dan tidak berat. Kamus Saku Kimia ini menjadi sangat direkomendasikan untuk mahasiswa dan pelajar yang ingin serius memahami istilah-istilah kimia.



Contoh Resensi Buku Non-Fiksi


Buku non-fiksi ada banyak jenisnya, dari mulai buku pengembangan diri hingga buku catatan perjalanan. Tetapi, apapun jenis buku non-fiksi yang ada, tipe resensinya tetap sama. Berikut beberapa contoh resensi buku non fiksi yang bisa dijadikan acuan:



Judul Resensi: Bertanya Pada Tuhan Tentang Bahasa InggrisIdentitas Buku:


Judul Buku: God, Do You Speak English?


Penulis: Jeff Kristanto, Nina Silvia, dan Rini Hanifa


Penerbit: Rene Books


Tahun Terbit: 2013


Harga Buku: 55.000


Tebal: 348 Halaman


ISBN: 978-6-02-191537-0


Pengenalan Buku: Jika membaca judul buku ini, tentu yang terpikirkan oleh kita adalah, “Hem? Serius judulnya ini?”. Memang, sekilas buku ini menyerupai buku yang ditulis oleh orang-orang gila dan sinis. Jika kau berpikir menyerupai itu, kau tidak sendirian lantaran awalnya saya juga berpikir menyerupai itu. Setelah saya membaca buku ini saya tahu bahwa mereka bertiga bukanlah orang-orang yang sinis.  Tetapi mohon maaf sebelumnya, saya terpaksa mengakui bahwa mereka ialah orang gila.


Pertanyaan yang diajukan yang sekaligus menjadi judul buku ini sebenarnua mengandung filosofis yang dalam. Ketiga orang yang menulis buku ini membuat filosofis perihal eksistensi keberadaan Tuhan dan segala hubungan ketuhanan yang berkaitan dengan kehidupan kita sebagai manusia. Mereka mengambil duduk kasus yang sering kali menjadi keingintahuan semua manusia.


Tetapi intinya, mereka hanya menceritakan mengenai perjalanan yang mereka lakukan sebagai traveller sekaligus sukarelawan. Petualangan yang mereka dapatkan diolah menjadi sebuah kisah yang kocak sekaligus penuh perenungan.


Uraian Isi Buku: Seperti yang diketahui bahwa buku ini ditulis oleh 3 orang suka relawan traveller yang tergabung dalam sebuah forum suka relawan internasional: Voluntary Service Organization alias VSO. 3 orang ini ialah penulis buku dengan judul menggelitik ini: Jeff, Nina, dan Rini.


Mereka bertiga mempunyai latar belakang yang berbeda. Jeff ialah seorang pemilik kerajinan dann restoran di Bali. Nina ialah seorang pegawai di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat, sedangkan Rini ialah seorang staf di sebuah forum donor internasional. Namun, mereka mempunyai satu kesamaan yang mengantarkan ketiganya ke petualangan maha gila ini: mereka sama-sama bergabung sebagai relawan atau volunteer di VSO. Yang uniknya lagi, mereka bertiga sama-sama angkatan pertama relawan Indonesia di masing-masing negara penempatan.


Jeff ditempatkan di Tajikistan, negara di Asia yang merupakan negara bekas jajahan Uni Soviet. Nina ditempatkan di Bangladesh sebagai relawan yang membantu forum salah satu suku orisinil di sana. Rini sendiri ditempatkan di Amerika Latin, tepatnya di tempat Guyana dengan pekerjaanya yang membantu kerja LSM setempat.


Bekerja sebagai relawan inilah yang membuat mereka bisa membuat buku lucu sekaligus penuh kontemplasi ini. Sebagai relawan, mereka tentu hidup dengan masyarakat lokal. Hidup bersama orang-orang yang mempunyai perbedaan budaya, bahasa, dan kebiasaan ini membuat banyak dongeng lucu, haru, dan inspiratif yang bisa mereka bagi dalam buku ini.


Keunggulan Buku: Kelebihan pertama buku ini terletak pada judul yang lucu, tetapi kalau direnungkan dengan seksama, mempunyai arti yang cukup luas. Kemudian dongeng pendek yang diangkat dari kisah konkret ini tak hanya mengandung unsur entertain, tetapi juga mengandung aneka macam makna hidup. Mereka menulis seolah sedang menuliskan sebuah lelucon, tetapi pada dasarnya, apa yang mereka tulis mengandung perenungan yang bisa diambil hikmahnya oleh pembaca.


Kelemahan Buku: Jika ada kelemahan yang terdapat dalam buku ini, maka itu ialah adanya istilah-istilah yang kurang sanggup dipahami orang awam. Kemudian, di beberapa dongeng (tepatnya yang ditulis oleh Nina Silvia), dongeng ditulis dengan gaya bernarasi sehingga pembaca mungkin akan capek dalam membaca ceritanya.


Kesimpulan: Meskipun demikian, semua kelebihan buku ini sanggup menutupi kekurangan yang dimilikinya. Untuk beberapa hal, bahkan kelebihan buku ini sanggup menjadi kekuatan utama yang seharusnya bisa membuatnya meledak. Buku ini sangat direkomendasikan bagi kau yang suka membaca travel note dengan penceritaan yang menarik.



Contoh Resensi Buku Dear Nathan



Judul Resensi: Mengulik Kehidupan Remaja bersama NathanIdentitas Buku:


Judul Buku: Dear Nathan


Penulis: Erisca Febriani


ISBN: 978-602-6940-14-8


Penerbit: Best Media, 2016


Jumlah Halaman: 520 halaman


Pengenalan Buku:


Dear Nathan ialah novel keluaran wattpad yang cukup sukses. konon, novel debut dari Erisca Febriani ini juga masuk ke dalam rak best seller hingga berbulan-bulan dan membuat novelnya masuk sebagai salah satu novel mega best seller di sejarah penjualan buku di Indonesia.


Novel ini dibuka dengan adegan Salma yang terlambat ke sekolah. Salma ialah murid pindahan yang gres seminggu sekolah di sekolah baru. Sebagai murid baru, tentu tidak ingin dicap buruk lantaran terlambat, dong. Hari senin pula. Nah, di tengah kegelisahan ini, munculah seorang perjaka sebagai pahlawan. Pemuda ini membantu Salma menyusup ke sekolah melalui gerbang samping.


Pemuda inilah yang berjulukan Nathan. Sebelum bertemu Nathan, Salma telah mendengar banyak hal buruk mengenai anak ini. Nakal, suka pembuat onar, sering melawan guru, dan semua cap buruk lainnya. Semua gosip itu membuat Salma antipati pada perjaka berjulukan Nathan itu. Eh, tapi justru penyelamatnya itulah yang berjulukan Nathan.


Tapi, hidup Salma memang berubah sesudah dia mengenal Nathan. Nathan yang menyukai keluguan Salma sangat menikmati proses pengejaran cinta kepada Salma yang hambar bebek. Tetapi, terlalu sering dicueki membuat Nathan menjadi antipati sendiri. Dan ketika Nathan mulai pergi, eh, malah Salma yang mencari-cari.


Uraian Isi Buku:


Bisa dibilang, kisah ini sangat klise dan stensilan menyerupai kisah remaja pada umumnya. Masalah remaja pada umumnya: perebutan cinta dan sedikit dibumbui dengan duduk kasus keluarga.


Bisa dibilang, Nathan menjadi pribadi menyerupai kini lantaran ada terlalu banyak duduk kasus yang menimpanya. Tetapi, Nathan selalu berubah lembut kalau itu untuk Salma. Sejak bertemu dengan gadis itu, Nathan seolah berorientasi kepada dia seorang.


Tetapi makin diselami, huruf Nathan rupanya banyak membuat gadis-gadis yang hobi membaca tergila-gila. Kejahilan Nathan, sayangnya Nathan pada Salma, hingga ke cara bersikap seorang Nathan, sifat buruk Nathan justru menjadi daya tarik sendiri pada lelaki itu. kemudian terdapat kultus gres di dunia percintaan remaja: badboy bukanlah playboy.


Salma juga sama bikin gemasnya dalam novel ini. Sikapnya yang polos membuat banyak orang menilai cewek ini pantas untuk Nathan. Nathan yang urakan dengan Salma yang kalem tentu bisa membentuk sebuah hubungan yang seimbang.


Keunggulan Buku


Karakter di dalam novel ini tidak mengecewakan kuat. Nathan yang konsisten jadi anak nakal hingga dongeng nyaris ending dan Salma yang konsisten jadi baik hingga ending. Kemudian, alur alasannya ialah risikonya ada,, membuat kita tahu alasan kenapa Nathan menjadi pembangkang menyerupai itu.


Kekurangan Buku


Jika ingin dibahas kekurangannya sebetulnya banyak. Ceritanya terlalu bertele-tele dan sejujurnya membosankan. Saya membaca hanya berpengaruh hingga halaman 150an dan pribadi lompat ke halaman terakhir. Sisa halaman saya baca menggunakan teknik baca cepat.


Dengan jumlah halaman yang mencapai 500+ dan kisah yang sesederhana itu terperinci membuat bosan. Ditambah lagi beberapa penyelesaian duduk kasus dinilai tidak cukup masuk akal. Ditambah lagi dengan sikap huruf pendukung yang membuat saya berpikir, apaan, sih, gak penting banget!


Dalam huruf Aldo misalnya. Apa hubungannya dengan dia ciuman di ruang OSIS sama jalan cerita? Toh, digambarkan di situ Salma menyukai Nathan. Mungkin, Salma ingin membuat streotype gres dalam percintaan remaja: yang kelihatan baik belum tentu baik beneran. Masalahnya, dari awal si Aldo ini memanng gak kelihatan baiknya!


Penulis seolah berpihak pada Nathan dengan menceritakan semua keburukan Aldo. Dari Awal, huruf Aldo memang sudah dibuat jahat, jadi rasanya pembaca memang digiring opininya untuk membenci Aldo.


Kemudian alasannya ialah duduk kasus keluarga Nathan. Menurut saya tidak masuk akal. Entah bagaimana, rasanya terlalu utopis untuk ada dalam sebuah novel remaja. Memang, sih, sah-sah saja membuat novel yang mau bagaimana juga. Tapi, untuk beberapa hal, kesahan itu justru bisa menjadi boomerang bagi pembaca yang logis menyerupai saya.


Cerita yang seharusnya sederhana juga jadi ribet dengan narasi-narasi yang njelimet dan terkesan menggurui. Entahlah, ini hanya pendapat berdasarkan selera pribadi. Dan saya tidak menyukai apa yang saya baca dalam novel ini.


Kesimpulan


Buku ini mengalami beberapa kali cetak ulang dan menyandang titel buku mega best-seller. Tidak heran, pecinta buku ini memang banyak. Jadi, untuk membuat buku ini laku juga mudah. Gaya bahasa yang anak muda banget yang digunakan Eriska cukup ampuh untuk menjangkau pembaca di kalangan remaja.



Contoh Resensi Buku Perahu Kertas



Judul Resensi: Berlayar dengan Perahu KertasIdentitas Buku:


Judul Buku: Perahu Kertas


Penulis: Dee Lestari


Penerbit: Bentang Pustaka


Cetakan: I, Agustus 2009


Tahun Terbit: 2010


Jumlah Halaman: XII + 444 halaman


Harga: Rp. 69.000,-


ISBN: 978-979-1227-78-0


Pengenalan Buku


Buku ini menceritakan perihal 2 orang remaja yang sama-sama mengejar mimpinya, tetapi juga dengan semua halangannya.


Kisah dibuka di Amsterdam, di mana Keenan terpaksa harus pulang ke Indonesia lantaran harus kuliah di sana. Keenan tidak ingin pulang, dia ingin terus berada di Belanda dan berguru melukis dengan seniman-seniman jalanan di sana. Melukis ialah hidup Keenan dan bagi Keenan, melukis bisa jadi masa depannya.


Dia sangat berharap bahwa selepas Sekolah Menengan Atas di Belanda, dia bisa tetap tinggal menemani Oma dan berguru melukis. Sayang, keputusan Ayahnya sudah bulat. Keenan harus pulang dan kuliah di Fakultas Ekonomi untuk meneruskan bisnis keluarga.


Meskipun berat, Keenan mendapatkan keputusan itu. Dia pulang, ikut seleksi masuk universitas negeri, dan kuliah di Bandung. Keenan menghadapi nasib itu dengan merana di kamarnya. Menanti masa masuk kuliah sambil menatap peralatan lukisnya yang entah bagaimana nasib ke depannya.


Di sisi lain, Kugy dengan sifat bebas juga menyimpan mimpi sebagai penulis dongeng anak. Dua mimpi yang masih utopis bagi orang-orang yang hidup di Indonesia. Lazim diketahui, kan, bahwa di Indonesia profesi yang menjamin itu ialah PNS dan lain-lain? Profesi abstrak menyerupai penulis dan pelukis itu belum mempunyai tempat.


Inilah yang harus dihadapi Kugy dan Keenan. Mereka bertemu sebagai 2 orang yang berjuang untuk mimpi, sekaligus juga untuk cinta yang telah bersemi di hati keduanya.


Tapi, menyerupai biasa. Penulis enggak akan membiarkan Kugy dan Keenan bersatu begitu saja. Masih ada banyak duduk kasus yang harus mereka selesaikan. Dimulai dari rasa putus asa Keenan begitu tahu kalau Kugy sudah mempunyai pacar dan rasa patah hati Kugy melihat Keenan dijodohkan dengan Wanda oleh Noni dan Eko.


Uraian Isi Buku:


Keenan yang mengetahui bahwa Kugy telah mempunyai pacar tentu saja merasa patah hati, tetapi itu enggak membuat persahabatan di antara mereka berdua hancur. Noni dan Eko, sepasang insan yang masih satu geng dengan Kugy dan Keenan, justru berinisiatif untuk menjodohkan Keenan dengan Wanda.


Mereka menilai Wanda cocok untuk Keenan alasannya ialah Wanda ialah seorang kurator muda. Keenan tidak mempunyai perasaan apa pun dengan Wanda, hanya saja dia merasa cocok dengan gadis itu lantaran kesukaannya pada seni.


Wanda yang berhasil memasukkan Keenan ke pameran. Wanda pula yang membeli lukisan Keenan dan memberi perjaka itu kepercayaan diri untuk hidup dari melukis. Keenan memutuskan untuk drop out.


Sebenarnya usaha mimpi Keenan inilah yang menjadi plot utama dan menghipnotis jalan dongeng bahtera kertas secara keseluruhan. Keenan yang berjuang menjadi pelukis sukses menghipnotis hubungannya dengan Kugy, menghipnotis hubungan Kugy dengan Noni, bahkan memberi efek pada hubungan Kugy dengan Josh.


Hanya saja, Keenan tidak menyadari efek yang telah dia buat dalam hidup Kugy. Dia justru karam dalam rasa putus asa lantaran ternyata anggapan bahwa mimpinya telah erat hanya hasil manipulasi Wanda yang ingin mendapatkan Keenan semata.


Hingga akhirnya hubungan yang telah retak itu mengantarkan Keenan ke Bali dan Kugy lulus kuliah lebih cepat.


Di Bali, Keenan bertemu Luhde dan merasa bahwa Luhde ialah orang yang ia cari. Sementara Kugy bertemu Remi, pangeran di dunia konkret yang menyita perhatiannya.


Keunggulan Buku


Konflik yang dimiliki novel ini sangat kompleks, tapi di sisi lain sangat erat dengan kehidupan masyarakat kita sehingga tidak asing. Penyelesaian yang dilakukan Dee untuk setiap konfliknya juga sangat baik, tidak terkesan terburu-buru ataupun mengulur-ulur. Semuanya pas dan mengikuti alur yang ada.


Dinamika sosial dan korelasinya dengan kehidupan konkret membuat novel ini cepat nyambung dengan banyak kalangan. Meskipun temanya tampak biasa-biasa saja, tetapi konflik pendukung dan premis yang dibuat Dee terlalu unik untuk diabaikan.


Di sisi lain, huruf Kugy dan Keenan sangat memorable, membuat banyak orang sulit move on dari dongeng ini. Kenapa bisa sememoreble itu? lantaran memang huruf yang dimiliki keduanya sangat kuat.


Dee juga menceritakan semua hal yang terjadi dalam bahtera kertas dengan bahasa yang luwes, mengalir, dan ringan. Jadi, meskipun temanya cukup kompleks, tidak membuat orang lain merasa keberatan untuk membaca novel ini hingga selesai.


Kekurangan Buku


Jika ingin mencari kekurangan pada novel ini, maka sangat mungkin bahwa kekurangannya ialah terlalu banyak setting tempat yang dipakai. Setting yang terlalu banyak ini berpotensi membuat pembaca kebingungan membayangkan alur ceritanya.


Penutup


Karakter dan alur yang dituliskan Dee pada Perahu Kertas benar-benar membuat kagum. Ringan, tetapi padat konflik. Membuat para pembaca terhanyut ke dalam dongeng dan berakhir dengan terbawa perasaan.


Di sisi lain, huruf yang berpengaruh membuat Perahu Kertas sebagai materi bacaan remaja terbaik di masanya. Perahu Kertas bisa menjangkau semua kalangan dan sangat direkomendasikan sebagai bacaan ringan untuk kalian semua si Pecinta Baca.



Contoh Resensi Buku Pengetahuan



Judul Resensi: Menelisik Ketelanjangan Bahasa dalam Praktik Sastra PostkolonialIdentitas Buku:


Judul Buku: Menelanjangi Kuasa Bahasa: Teori dan Praktik Sastra Postkolonial


Pengarang: Bill Aschroft, dkk


Tahun Terbit: 2004


Penerbit: Penerbit Qalam, Yogyakarta


Tebal: xvi+393 halaman


Perkenalan Buku


Apakah kalian tahu wacana apa yang sedang hype di kalangan topik intelektual di masa sekarang? Benar, yang paling gres ialah wacana mengenai poskolonialisme, khususnya di negara-negara bekas jajahan kolonial, perkembangan pasca poskolonial tentu menjadi perhatian khusus.


Pasalnya, topik poskolonialisme ini selalu mempunyai teori-teori yang menantang dan memantik daya berpikir kritis dari orang-orang. Topik ini bisa menjadi topik sensitif sekaligus menjadi topik yang paling menarik untuk dibaca.


Para intelektualis bahagia berdebat mengenai masa-masa pos kolonialisme dan membandingkan kemajuan karya goresan pena dengan di masa kolonialisme. Banyak orang berpendapat, goresan pena yang dihasilkan pada masa kolonial masih berkuasa dinilai lebih mengandung banyak vitamin, ketimbang goresan pena pos kolonialisme.


Pendapat ini terperinci membuat beberapa perdebatan yang tidak mengecewakan seru pada masanya. Untuk pos kolonialisme sendiri, beberapa orang menilai bahwa kemajuan negara bekas jajahan bergantung kepada kemajuan sastra yang berkembang di negara tersebut.


Bill Aschoft beberapa kali menulis soal itu, bahkan sebelum buku yang ini keluar. Bahkan, dalam bukunya yang terbit pada tahun 1995 dan berjudul The Postcolonial Studies Reader, Bill Aschoft mengemukakan sebuah pendapat mengenai pos kolonialisme.


Pendapar rersebut berisi seluruh waca kolonialisme dalam semua tema kajian yang meliputi banyak hal. Tema-tema yang dibahas Bill Aschoft ini sangat panjang. Dalam rentang daftar yang panjang tersebut, terdapat pula di dalamnya tema politik, agama, ideologi, kebudayaan, penddikan, kesenian, bahkan hingga ke perkembangan bahasa dan sastra.


Seluruh tema kajian yang sebetulnya luas ini sanggup disatukan dalam sebuah buku yang ditulis satu orang. Keaneka-ragaman ini sanggup disatukan dengan karakterisasi yang bersumber pada 1 latar belakang: kejadian histroris yang disebut dengan penjajahan kolonialisme.


Perbandingan dengan Buku Lain (Resensi ini menggunakan teknik compare)


Buku ini pertama kali diperkenalkan oleh kritikus Australia. Kritikus Australia tersebut menggunakan istilah pos kolonialisme untuk semua sektor yang terkena dampak dari imperialisme sebagai tanggung jawab kolonialis.


Para kritikus tersebut ingin memperlihatkan pada dunia bahwa  penulis yang lahir di tempat jajahan telah berhasil keluar dari efek kolonialisme tersebut. Bahkan, bisa dibilang telah bisa dalam memerdekakan dirinya dan melaksanakan gerakan dekolonialisasi. Khususnya dekolonilaisasi bahasa inggris, sekaligus menggugat perkiraan eurosentris.


Asumsi eurosentris sendiri meliputi isu-isu yang cukup sensitif dan rasis di dunia ini. Isunya meliputi duduk kasus ras, bahasa, sastra, dan bangsa yang beropini bahwa ras Asia masih sangat bergantung pada orang berkulit putih, hasil dari penjajahan.


Uraian Isi Buku


Agaknya, wacana kolonialisme dan pos kolonialisme menjadi salah satu kekuatan utama dan mendapatkan kedudukan yang sangat penting dalam buku ini. Bahkan, bisa dibilang kedua tema itulah yang menjadi gagasan utama di dalam buku ini.


Bagi bangsa penjajah, teks atau sebuah goresan pena sanggup menjadi kontroler pertama sekaligus yang paling ampuh di era kolonialisme. Tidak heran, zaman dahulu teks memang menjadi alat komunikasi utama dan sumber informasi yang paling dipercaya, selain radio dan telegram.


Dan sebagai salah satu sarana komunikasi yang paling relevan dan available, sebuah teks goresan pena sanggup dijadikan sebagai kekuatan pendukung, bahkan menjadi salah satu penyebar slogan kolonialisme paling ampuh dan efektif dalam ranah hegemoni kekuasaan penjajah kala itu.


Hal yang paling konkret dalam memperlihatkan kekuasaan imperial kolonilaisme ketika itu ialah dengan munculnya aneka macam macamm sarana militer dan kekuasaan. Di luar itu, teks bacaan yang membahas mengenai kekuasaan sebelah pihak ini justru lebih terperinci dalam pengkonstruksiannya.


Para penjajah berusaha membentuk kesadaran tempat jajahan bahwa mereka hanyalah kaum lemah dan tidak berdaya. Penjajah berusaha mengkonstruksikan ulang mindset dan identitas dari tempat jajahan melalui wacana yang bersifat tekstual.


Penjajahan fisik diambil alih oleh pihak militer, sedangkan penjajahan pikiran diambil alih oleh wacana-wacana tekstual yang sengaja disebar pihak imperial yang berfungsi untuk mematikan daya pikir masyarakat.


Sayangnya, melalui teks pulalah kesadaran masyarakat jajahan direbut kembali. Bahkan, masyarakat tempat jajahan justru sanggup dengan gampang mengembalikan wacana tersebut kepada penjajah. Melalui teks inilah masyarakat jajahan menemukan kembali sarana resistensi yang tajam dan memikat. Nah, buku ini membahas mengenai kiprah teks di poin yang satu ini.


Kelebihan Isi Buku:


Buku ini mempunyai banyak sekali kelebihan, di samping daripada temanya yang unik. Kelebihan itu terletak pada deskripsi yang dilakukan penulis dalam menuangkan segala inspirasi dan pemikirannya. Selain itu, deskripsi yang dipaparkan juga diiringi dengan analisis yang akurat dan detail.


Analisa yang dikemukakan penulis meliputi segala hal yang didebatkan dan perbedaan perdebatan yang topiknya tidak jauh-jauh dari topik pos kolonial itu sendiri. Perdebatan itu mereka sajikan dengan apik, bahkan bisa dibilang sangat rapi dan menghargai satu sama lain.


Penulis sanggup menandakan perdebatan yang menarik tersebut. Yakni antara kritikus pos kolonialisme yang dilakukan pribumi. Kritikus ini menolak proses sinkretisitas dan sifat hibrid di era pos kolonial. Ini lantaran kebudayaan yang dibangkitkan di era para kolonialisme yang dilakukan oleh para penulis pos kolonialisme menjadi semacam kontras dan senkretisitas yang tidak terelakkan.


Penerjemahan buku yang sangat anggun ini ialah momen yang pas dan patut diapresiasi dengan standing applause 15 menit tanpa henti. Alasannya sederhana, negara kita ialah termasuk salah satu korban kolonialisme, bahkan mencapai hitungan periode berada di dalam penjajahan. Kurang labih 350 tahun ditambah lagi 3,5 tahun dijajah feodalisme.


Penutup


Kehadiran buku yang mengomentari mengenai sastra di zaman pos kolonialisme menjadi semacam peta. Memang, teks kesusastraan kita selama ini telah usang dipengaruhi oleh kesusastraan Eropa, kalau tidak bisa dibilang menuhankan mereka.


Sehingga untuk lepas dari cengkeraman itu, butuh usaha yang berpengaruh dari penulis-penulis berpotensi di Indonesia. Buku Menelanjangi Kuasa Bahasa: Teori dan Praktik Sastra Postkolonial diharapkan menjadi semacam piranti sekaligus mediator teoritik yang memadai untuk penulis di era pos kolonial.


Perhatian yang diberikan kepada sastra yang ditulis pada masa pos kolonial, termasuk di dalamnya buku-buku yang membahas mengenai masih sedikit dan sanggup dihitung dengan jari. Sehingga, eksistensi buku ini di jajaran buku teori sastra di Indonesia sedikit banyak memperlihatkan kelegaan, lantaran akhirnya teori sastra di Indonesia mempunyai referensi yang baik.


Meskipun kolonialisme masih menjadi topik favorit di beberapa kalangan sastrawan, karya yang dihasilkan pada pos kolonialisme juga tidak kalah menawan. Bahkan bisa dibilang, teks yang muncul pasca kolonialisme ini mengambil alih kepemimpinan teks bacaan di Indonesia.


Buku ini sanggup menjadi contoh bahkan sarana apresiasi terhadap karya tulis yang dibuat pada masa pos kolonialisme. Sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sendiri, yang umumnya tidak terlalu peduli pada buku-buku yang beredar.



Contoh Resensi Cerpen



Judul Resensi: Mengulas Bola Mata di Dalam BotolIdentitas Buku:


Judul Buku: Bola Mata dalam Botol


Pengarang: Mahasiswa BSI B 2013-2014 UNY (Andrian Eksa, Atikanuari Defiliani, Della Amara, Desvandi, Dwi Puspaningrum, Julitasari, Karla, Luciana Linda Argarina, Maharani Khan Jade, Nuraini Larasati, Nur Hidayati, Permadi Suntama, Riska SN, Salmi Ramadhani, Sigit Suharsono, Vinna Wardhani, Wahyu Sekar Sari, Wildan F. Ariefian, dan Wulan Rahmawati)


Penerbit: Kelas Sastra BSI B 2013-2014 FBS UNY, Yogyakarta


Ukuran Buku: 13 x 19 cm


Tebal Buku: 205 halaman


ISBN: –


Harga: –


Pembukaan


Sebagai mahasiswa yang kuliah di jurusan sastra Indonesia, mempunyai sebuah karya tulis rasanya telah menjadi sebuah kewajiban khusus. Pun demikian yang terjadi oleh mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini di tahun 2013 dan 2014 Universitas Negeri Yogyakarta.


19 orang mahasiswa ini membuat satu buah antologi cerpen yang diterbitkan secara indi di penerbit fakultas mereka sendiri. Buku ini berisi 19 judul cerpen, dimana ke 19 judul ini mempunyai tema yang berbeda tetapi masih mempunyai benang merah yang sama.


Mereka menulis sebuah antologi cerpen yang berjudul Bola Mata dalam Botol. Cerita pendek yang judulnya dijadikan judul utama dalam buku ini ialah karua dari Wulan Rahmawati yang menulis cerpen dengan judul yang sama.


Sedangkan dongeng pendek yang dijadikan sebagai dongeng pembuka ialah dongeng yang berjudul Odol. Meskipun judulnya terkesan lucu, sebetulnya dongeng ini mengambil kearifan lokal mengenai prewangan dalam ceritanya.


Prewangan sendiri ialah sebuah istilah Jawa yang mengacu kepada penjaga menyerupai body guard, hanya saja dalam bentuk ghaib.


Ulasan Isi Buku


Cerita pembuka yang berjudul Odol ini memasukkan salah satu kearifan lokal yang menjadi topik sekaligus konflik utama. Ceritanya, ada seorang wanita berdarah Jawa berjulukan Anjani. Ibu Anjani berasal dari Bantul dan Ayahnya berasal dari Surabaya.


Diceritakan bahwa Anjani mempunyai fisik yang sempurna. Hanya saja, dalam menjalani hidup, dia merasa kewarasannya sedikit terganggu. Alasannya ialah dia sering melihat sosok lain yang mengikutinya, dari mulai di kamar mandi sekolah, bawah pohon ketika sedang makan malam, dan bahkan di bawah pohon beringim.


Cerita punya cerita, simbah Anjani bercerita pada cucu perempuannya tersebut bahwa ketika Ibu Anjani sedang hamil besar, simbah buyut Anjani yang telah meninggal mendatangi simbah Anjani.


Simbah  buyutnya menyampaikan bahwa dia ingin menumpang pada Ibu Anjani. Tetapi, semenjak Anjani lahir dia tidak pernah diberitahukan soal ini sama sekali. Sehingga dia tidak tahu bahwa kecacatan yang dirasakannya ialah dampak dari hal ini.


Anjani hanya diberitahu oleh simbahnya, bahwa dalam dongeng Jawa ada siklus perihal ‘orang yang menumpang’ ini. Siklusnya ialah kalau sekali menumpang, maka si orang ini akan terus menumpang hingga 7 turunan.


Biasanya yang dipilih ialah orang yang disayangi oleh si penumpang ini. Mengerikannya lagi, kalau telah hingga pada tumpangan ke 7, si penumpang menjadi tidak tahu diri dengan tidak ingin pindah dari tumpangannya hingga tumpangannya ini meninggal.


Anjani mulai merangkai benang merah perihal kecacatan yang dia rasakan dari dongeng simbahnya. Berarti dialah orang yang telah ditumpangi, tetapi penumpang itu mempunyai saingan.


Kecurigaan ini diperkuat oleh sobat kosnya ketika kulia, Dian, yang juga seorang indigo. Saat itu Dian bertanya pada Anjani apakah gadis itu mempunyai prewangan. Anjani yang ketika itu belum sadar menjawab bahwa dia tidak tahu apapun soal ini.


Tapi lantaran penasaran, Anjani menanyakan hal tersebut kepada Ayahnya. Ayah Anjani membenarkan bahwa dia memang menitipkan satu makhluk pada Anjani. Tujuannya biar titipan Ayahnya itu sanggup menjaga Anjani. Nah, di sinilah konflik dari cerpen ini akan dimulai.


Sedangkan dongeng kedua dalam buku ini berjudul Arjuna Gugur. Cerita yang satu ini sangat berbeda dengan dongeng pertama yang mengandung kisah mistis.


Arjuna Gugur bahkan dongeng heroik mengenai Hantoro yang pernah bekerja sebagai pembunuh bayaran seorang jenderal. Ketika menikah, Hantoro memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai pembunuh bayaran dan lebih menentukan untuk mengurus ladang saja.


Tidak ada hal yang menyusahkan selama Hantoro bekerja mengurus ladang. Semua berjalan lancar hingga istrinya hamil di bulan ke delapan. Lazim diketahui bahwa di bulan ke delapan kehamilan ialah bulan kritis dari kehamilan. Karena sebentar lagi akan melahirkan.


Pada bulan ini pulalah kondisi keuangan Hantoro memburuk. Dengan masa panen yang masih 3 bulan lagi dan istri yang akan melahirkan, membuat Hantoro merasa gundah dan kekurangan uang.


Orang gundah cenderung menjadi berpikir pendek, maka dengan ragu Hantoro meminta santunan untuk meminta santunan pada Jenderal yang dulu menjadi bosnya. Meskipun itu keputusan yang berat, Hantoro tetap menjalaninya lantaran dia benar-benar membutuhkan uang.


Jadi, Hantoro kembali menjadi pembunuh bayaran dengan terpaksa. Dia harus membunuh seseorang dan di sinilah konflik bermain.


Ketika selesai membunuh, dia pribadi melarikan diri pulang ke rumah demi menghilangkan jejak. Dia menjemput istrinya untuk kabur bersama ke Pulau Sumatera. Di tengah laut, ketika di kapal, istrinya melahirkan seorang anak wanita yang kelak akan berjulukan Putri dan tumbuh remaja di Pulau Sumatera.


Kelebihan Buku


Buku antologi cerpen berjudul Bola Mata dalam Botol mempunyai banyak kelebihan yang membuat buku ini menjadi layak baca. Hal pertama ialah lantaran buku ini ditulis oleh 19 orang dengan 19 gaya penceritaan yang berbeda.


Hal ini akan memperkaya sudut pandang dan wawasan pembaca, lantaran 19 dongeng yang ada di dalam buku ini tentu mempunyai 19 informasi yang berbeda. Selain itu, tema dan konflik yang terdapat dalam antologi cerpen ini juga berbeda-beda, sehingga pembaca selalu menerima pembaruan dan penyegaran setiap selesai membaca satu cerpen. Pembaca tidak akan mencicipi perasaan monoton dan bosan ketika membaca buku ini.


Kelebihan lainnya ialah meskipun ditulis oleh seorang mahasiswa jurusan sastra, bahasa yang digunakan dalam buku ini tidak melulu sastra. Gaya penceritaan dan bahasa yang digunakan cenderung ringan, gampang dipahami, sekaligus mengalir.


Ini ialah tipe buku yang bisa kau selesaikan dalam sekali duduk lantaran gampang dipahami dan bahasa yang ringan. Buku ini sangat disarankan dibaca oleh usia remaja, remaja muda, hingga ke usia dewasa. Tetapi bukan tipe buku yang cocok dibaca oleh bawah umur lantaran temanya yang dewasa.


Ada banyak nilai moral mengenai banyak hal. Buku ini kaya akan tema yang berkhasiat untuk mengasah pengetahuan pembaca mengenai aneka macam tema yang bisa diterapkan dalam sebuah cerpen.


Kekurangan Buku


Meskipun mempunyai banyak kelebihan, selayaknya buku pada umumnya, buku ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan yang dimiliki buku ini ialah beberapa sikap tokoh yang cenderung ekstrem dan dihentikan ditiru sama sekali.


Buku ini mengandung aksi-aksi yang bersifat kekerasan. Misalnya saja adegan membunuh, bunuh diri, dan beberapa adegan kekerasan lain. Juga beberapa adegan yang melibatkan makhluk halus hingga cenderung menceritakan perihal kesyirikan.


Selain itu, beberapa adegan dalam dongeng ini sangat klise dan terdapat beberapa pecahan dongeng yang terkesan dipaksakan. Tetapi secara keseluruhan, buku ini terperinci mendapatkan predikat sangat direkomendasikan untuk dibaca pada masa senggang.


Penutup


Terlepas dari segala kekurangannya, buku ini sebetulnya mempunyai banyak kelebihan yang bisa mengcover segala kekurangan. Misalnya banyak pesan moral yang bertebaran bahkan semenjak di dongeng pertama. Dengan tema yang beragam, tentu pesan moral yang disampaikan juga banyak dan bisa dijadikan pelajaran untuk semua orang.


Pesan perihal kasih sayang, perjuangan, kekeluargaan, hingga tema umum menyerupai percintaan semua berada dalam satu buku. Benar-benar sebuah buku yang layak mendapatkan predikat paket lengkap. Saya berani merekomendasikan buku ini sebagai materi bacaan di waktu senggang kepada pada remaja dan semua orang dewasa!



Contoh Resensi Buku Teknologi



Judul Resensi: Teknologi sebagai Media PembelajaranIdentitas Buku:


Judul Buku: Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran


Penulis: Prof. Dr. H. Hamzah, B. Uni. M. Pd., dan Hj. Nina Lamatengngo, S.E, M.Pd.


Terbit: Juni 2011


Tebal: 237 Halaman


Penerbit: PT Bumi Aksara


Harga Buku: Rp. 45.000


ISBN: –


Pengenalan Buku


Beberapa dekade belakangan, teknologi memang mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali. Teknologi masuk ke dalam setiap sendi kehidupan, termasuk ke dalam dunia pendidikan. Selama kurun waktu empat puluh tahun, perkembangan serta pengkajian diri yang dilakukan secara kolektif telah dilakukan oleh mahir dalam bidang teknologi pembelajaran secara berkala.


Pengkajian teknologi pembelajaran tersebut telah menghasilkan banyak sekali pernyataan para profesional yang menyatakan soal jati dirinya. Pada ketika itulah mulai muncul aneka macam definisi resmi mengenai suatu bidang. Munculnya definisi resmi itu tepatnya pada tahun 1963 dalam usaha pengkajian teknologi pembelajaran.


Berbagai definisi resmi tersebut terus mengalami pembaharuan, mengikuti aneka macam perkembangan gres dari bidang yang dituju. Munculnya istilah definisi resmi tersebut berdampak pada perkembangan serta perubahan besar dalam teknologi dan profesi selama tujuh belas tahun belakangan.


Akibat yang dihasilkan ialah diharapkan lagi pengkajian ulang serta analisis ialah terjadinya proses pengkajian ulang. Pada tahun 1994, pengkajian ulang ini menghasilkan definisi bidang yang mana dimensi definisi yang gres harus sanggup diimplikasikan dalam teori maupun praktik.


Uraian Isi Buku:


Pada buku Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran ini menyampaikan bahwa sebelum definisi dirumuskan, harus ada ketentuan terlebih dahulu mengenai ruang lingkup pembelaharan, tujuan, sasaran, cara pandang, dan karakteristik utama yang dijadikan materi pertimbangan kajian.


Asumsi dasar yang harus dijadikan materi penyusunan definisi pada tahun 1994 yakni:



  • Tidak membedakan antara proses dan hasil, keduanya sama-sama penting dalam bidang pembelajaran.

  • Sebuah definisi yang telah disempurnakan harus bisa meliputi semua kegiatan, topik, sekaligus wilayah dari kaum keilmuan dan praktisi

  • Teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan profesi, dari yang sebelumnya hanya sebuah gerakan saja.


Buku ini juga memberi pandangan mengenai kiprah teknologi informasi kepada bidanng pendidikan. Yang paling disoroti ialah pendidikan di Indonesia, yang mana pendidikan di masa yang akan datang, diperkirakan bahwa dunia pendidikan Indonesia akan cenderung condong kepada hal-hal berikut ini:



  • Belajar jarak jauh. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pendidikan terbuka atau biasa disebut pula dengan distance learning. Sistem berguru jarak jauh agaknya harus dimasukkan menjadi salah satu seni administrasi utama kiprah teknologi dalam membangun sistem pendidikan terbuka.

  • Demi mewujudkan proses berguru mengajar yang efektif dan efisien, sistem pendidikan akan memerlukan aneka macam perangkat multimedia yang canggih.


Jika diperhatikan dengan seksama, kajian yang dilakukan dalam buku ini selalu berpijak pada inti dari definisi pembelajaran dalam usahanya untuk memperlihatkan pengetahuan kepada siswa. Hal ini dilakukan lantaran pada umumnya proses berguru yang menggunakan struktur kognitif dalam pengaitan pembelajaran telah dimiliki oleh penerima didik.


Pengaitan secara struktur kognitif ini nantinya sanggup diharapkan untuk membentuk cara berpikir yang lebih matang dan sanggup disebut pula dengan hasil belajar. Konsep menyerupai ini akan dijadikan pijakan dalam melaksanakan pengembangan dan identifikasi. Target pengembangan seni administrasi yang dimaksud telah diuraikan dalam buku ini.


Sedangkan untuk pembagian terstruktur mengenai pembelajaran dalam buku ini mengacu kepada teori Heinich, yakni:



  • Non project media. Maksudnya ialah pembagian terstruktur mengenai pembelajaran yang tidak sanggup diproyeksikan dengan sebuah media (garfish, grafik material, ataupun display)

  • Projected media. Yakni pembagian terstruktur mengenai pembelajaran yang sanggup diproyeksikan dengan media (OHT, slide, dan opaque)

  • Klasifikasi yang sanggup diproyeksikan dengan media audio (kaset, active audio vision, dan audio vision)

  • Klasifikasi media berbasis komputer (Computer Assisted Intruction atau CAI dan Computer Managed Instruction atau CMI)


Kelebihan Buku


Jika ingin membahas kelebihan buku ini, maka yang harus dilihat pertama kali ialah tampilannya. Sampul yang terdapat dalam buku Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran ini sangat eye catching. Perpaduan antara warna dengan gambar ilustrasinya sungguh sangat menggambarkan isi dari buku tersebut.


Gambar bola dunia yang terdapat di sampul buku sebagai simbol bahwa penting untuk menguasai teknologi, komunikasi, dan informasi di era millenial sekarang. 3 komponen ini bisa dibilang sebagai ujung tombak dalam kemajuan sebuah negara. Dan 3 komponen ini harus dikuasai sekaligus diterapkan dalam semua kegiatan pengajaran.


Selain itu, sampul dari buku ini menyerupai sedang mengingatkan bahwa dengan menguasai 3 komponen digital (teknologi, komunikasi, dan informasi), kita bisa menguasai dunia pula.


Selain itu, kelebihan lain yang ada di dalam buku ini ialah bahasa yang gampang dipahami. Buku ini mempunyai kalimat yang susunannya sesuai dengan tatanan bahasa Indonesia, sehingga akan sangat gampang dimengerti oleh masyarakat.


Kelebihan lain yang dimiliki oleh buku ini ialah isinya yang sangat kompetitif, variatif, interaktif, sekaligus sangat informatif. Buku ini beradaptasi dengan perkembangan zaman, sekaligus memberi kita kisi-kisi perihal apa yang akan terjadi di depannya.


Selain itu, teori dan definisi yang ada di dalam buku ini sangat relevan kalau disangkut pautkan dengan keadaan teknologi informasi dan komunikasi yang ada sekarang.


Kekurangan Buku


Hanya saja, menyerupai lazimnya sebuah buku, kalau mempunyai kelebihan, tentu mempunyai kekurangan juga. Kekurangan yang ada di dalam buku ini ialah terlalu banyak definisi dan teori, sehingga kurang menghidupkan imajinasi pembaca.


Bahasa yang digunakan juga terlalu ilmiah sehingga cenderung membosankan. Hal lain yang perlu diperhatikan dari buku ini ialah pembagian fokus penulis dalam membagi pecahan ini tidak adil. Penulis terlalu fokus pada pembahasan teknologi komunikasi dan informasi. Seperti yang tadi dibilang, terlalu banyak teori tanpa klarifikasi perihal bagaimana praktiknya.


Ini membuat beberapa teori yang ada di dalam buku ini rasanya menjadi tidak masuk akal. Akan lebih baik kalau penulis juga fokus dalam menjelaskan soal cara menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam metode pembelajaran.


Sebab, yang terpenting dari sebuah teori ialah bagaimana penerapannya dalam kehidupan. Jika hanya dijabarkan mengenai teori tanpa petunjuk penerapannya, rasanya teori tersebut akan sia-sia. Metode pembelajaran tetap akan menggukana metode konvensional tanpa sentuhan teknologi di dalamnya.


Penutup


Meskipun demikian, buku ini sudah cukup anggun dalam menjadi pengantar pengetahuan antara teknologi dan media pembelajaran. Tidak sanggup dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi kini telah menjadi faktor penting dalam perkembangan pendidikan Indonesia.


Dengan melibatkan teknologi sebagai media pembelajaran, diharapkan penerima didik akan bertambah semangat dalam menuntut ilmu. Apalagi kalau pendidik sanggup menyajikan teknologi sebagai mediator dengan sajian yang baik dan sesuai dengan skala usia. Dapat dipastikan tingkat pemahaman dan minat berguru akan semakin tinggi.


Jangan lupa pula, penggunaan teknologi ini harus dibarengi pula dengan praktik yang seimbang. Apapun itu, teknologi sebagai media pembelajaran sudah seharusnya diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia biar siswa tidak melulu mendengarkan guru berbicara di depan.



Contoh Resensi Buku Sejarah



Judul Resensi: Mengulas Kedalaman Pengantar Buku SejarahIdentitas Buku:


Judul Buku: Pengantar Ilmu Sejarah


Penulis: M. Saleh Majid dan Abdul Rahman Hamid


Penerbit: Rayhan Intermedia, Makasar


Cetakan: Pertama, 2008


Jumlah Halaman: xvi + 180 halaman


ISBN: 979 – 17587 – 2 – 7


Harga Buku: –


Pengenalan Buku


Sejarah memang merupakan pecahan penting dalam hidup manusia. Sejarah berfungsi sebagai pengingat, pengenang, sekaligus pengajaran dari masa kemudian biar umat insan sanggup menjalani kehidupan tanpa melaksanakan hal yang salah. Itulah kenapa banyak orang yang mempelajari sejarah, alasannya ialah memang mempunyai fungsi sepenting itu.


Buku ini ditulis oleh dua orang yang mahir dalam bidangnya, yakni sejarawan M. Saleh Majid dan Sejarawan Abdul Rahman Hamid. Mereka setuju menuliskan buku ini dengan tujuan ingin menjawab kegelisahan yang menyerang para sejarawan.


Kegelisahan itu ialah paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa sejarah itu hanya merupakan cabang ilmu yang cuma berupa deskripsi masa kemudian dan tidak mempunyai dampak apapun bagi masa depan kalau dipelajari sekarang.


Parahnya, paradigma menyerupai itu bukan hanya muncul dan berkembang di kalangan masyarakat awam. Bahkan kepada pihak-pihak pos modernisme juga sering kali menempatkan cabang ilmu sejarah di tempat yang tidak semestinya. Ilmu sejarah tidak pernah ditempatkan secara sejajar dengan ilmu sosial yang lain. Ini berarti, banyak dari pecahan pos modernisme yang menganggap bahwa sejarah bukanlah ilmu sosial yang penting.


Hanya saja yang sering dilupakan orang ialah semakin majunya zaman, sejarah justru mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejarah yang terjadi di masa kini mempunyai bannyak penutur dengan minat dan posisi sejarah yang kini semakin dianggap penting.


Orang mulai menyadari bahwa sejarah penting lantaran bisa mengurutkan kejadian demi peristiwa. Kemampuan sejarah dalam mengurutkan waktu dan kejadian dari kejadian demi kejadian ini sangat berdampak pada cabang ilmu lain.


Sejarah yang demikian dianggap bisa merekonstruksi keadaan sosial yang dianggap menjadi sumber dari munculnya sebuah fenomena sosial. Terutama pasca kemunculan karya Thomas Khun yang membahas soal paradigma.


Sejak buku karya Thomas Khun yang berisi soal paradigma diluncurkan ke pasar, gelombang tsunami perubahan paradigma juga berimbas kepada ilmu sejarah. Bahkan, akhir terkena percikan gelombang perubahan paradigma tersebut, pemikiran orang-orang mengenai sejarah menjadi semakin bias.


Contoh yang paling konkret ialah ketika George Ritzer menasbihkan pemikirannya yang over maping terhadap ilmu sosiologi dan beberapa cabang ilmu lainnya, termasuk di dalamnya ilmu sejarah. George Ritzer menyampaikan sesuatu perihal ilmu sosiologi, yakni perihal bagaimana ilmu itu mempunyai paradigma ganda di masyarakat.


Karena pernyataan dari George Ritzer inilah muncul sebuah cabang ilmu gres yang disebut dengan Sosiologi Sejarah. Tetapi, justru pernyataan itu membuat bias di dalam ilmu sejarah semakin lebar. Yakni perihal bagaimana masyarakat kebingungan dalam memahami antara sosiologi sejarah dengan sejarah sosisologi.


Meskipun pemikiran yang sanggup mengembangkan sejarah ini patut diapresiasi, tetapi kembali lagi ke basic duduk kasus utama: yakni duduk kasus bias. Ini membuktikan bahwa pemikiran insan yang semakin berkembang ini justru membuat setiap batas pengetahuan menjadi semakin sedikit. Dan batas-batas yang semakin menyempit inilah yang membuat kebingungan di lapisan masyarakat awam


Uraian Isi Buku


Jika hendak membicarakan duduk kasus sejarah, tentu kita tidak bisa melepaskannya dengan kisah hidup manusia, lantaran sejarah justru terjadi dari aneka macam pengalaaman yang dilakukan insan semasa hidup.


Sejarah sebetulnya mempunyai arti yang spesifik: yakni berupa rangkaian dari kehidupan di masa kemudian yang kebaikannya diteladani dan keburukannya dihindari. Dalam kehidupan manusia, sejarah pada dasarnya menjadi semacam rambu-rambu kehidupan, dimana setiap kesalahan yang pernah terjadi hendaknya tidak perlu terulang kembali.


Cara mencegah kesalahan yang sama terulang dua kali tentu dengan mempelajari sejarah yang telah lewat.


Pada buku ini, dikatakan bahwa sejarah mulai tercatat pada masa insan telah mengenal tulisan. Sedangkan pada masa di mana pengetahuan tulis menulis belum ada, maka hal tersebut dimasukkan ke dalam zaman pra sejarah.


Ada pula klaim yang menyampaikan bahwa sejarah dimulai semenjak Nabi Isa lahir, yakni pada tahun 0 dimana kalender masehi gres saja dibentuk. Sedangkan pada masa-masa sebelum itu penyebutannya ialah sebelum masehi.


Pandangan ketiga menyatakan bahwa sebuah masa sanggup dikatakan sebagai masa sejarah asalkan ada sebuah kejadian yang sanggup dibuktikan dengan aneka macam inspirasi manusia. Dengan syarat lain ialah inspirasi tersebut sanggup diceritakan kembali atau sanggup ditulis sehingga banyak orang yang bisa membacanya.


Dalam buku ini, sanggup dilihat bahwa sebetulnya insan selalu mencari-cari asal mula sejarah. Mereka selalu bertanya-tanya semenjak kapan sejarah tersebut ada, disadari, dituliskan, kemudian dikenal dan bahkkan dijadikan semacam pelajaran berharga yang selalu diingat.


Meskipun menjadi salah satu komponen penting dalam perkembangan hidup manusia, sejarah selalu diartikan sebagai hal yang kuno, lama, serta lapuk. Walaupun begitu, sejarah tidak melulu berarti sebagai masa lalu.


Sejarah juga tidak berarti kehidupan insan purba. Yang benar dari semua ini adalah, sejarah berarti dongeng yang mengikuti arah perkembangan insan dalam bidanng apa pun. Setiap waktu yang dilalui manusia, akan selalu menjadi sejarah bagi generasi selanjutnya.


Kelebihan Buku


Dalam buku ini, kedua mahir sejarah tersebut mengemukakan bahwa hal yang paling erat hubungannya dengan sejarah kehidupan insan ialah kehidupan sosial. Ini dibuktikan bahwa hanya sejarah yang sanggup membentuk budaya dalam kehidupan manusia.


Sejarah pula yang mengajari insan untuk mempunyai sikap sesuai dengan norma, bagaimana cara berbahasa, dan segala nilai budaya yang diwariskan dari waktu ke waktu. Inilah yang membedakan antara buku ini dengan buku sejarah lain.


Topik bahasannya tidak melulu perihal sejarah yang terjadi dalam hidup manusia, tetapi juga beberapa deskripsi perihal asal ajakan sejarah yang nantinya akan membuat kita semua jadi merenungkan apa itu sejarah untuk kemudian menyadari pentingnya sejarah itu sendiri.


Misalnya ialah pendapat Auguste Cometa yang menyampaikan bahwa sejarah sebetulnya bermula pada masa insan masih mencari agama. Jadi, sejarah dicatat dari segi teologisnya. Dari mulai insan yang masih mempunyai kepercayaan animisme, kemudian ke metafisik, dan berkembang jadi kepercayaaan insan akan agama dan ilmu pengetahuan.


Itu ialah contoh bahwa buku ini dengan serius ingin mengungkap dan memberi pelajaran kepada pembacanya dalam memberikan nilai asal-usul sejarah. Teori-teori yang membahas mengenai asal sejarah pada akhirnya sanggup membuka mata kita perihal pentingnya sejarah.


Kemudian buku ini memang ditujukan untuk kalangan akademisi, sehingga bahasa yang digunakan cenderung menggunakan bahasa ilmiah. Poin plus dari penggunaan bahasa ilmiah ini ialah semakin gampang dipahami dari sisi akademis dan terasa aneka macam kajian ilmiahnya.


Sumber yang digunakan dalam buku ini cukup lengkap dan apik, sehingga cukup untuk dijadikan sebagai Pengantar Ilmu Sejarah. Selain itu, kelebihan lainnya yang ada di dalam buku ini ialah sanggup dipandang dari segala sisi.


Sudut pandang yang diambil tidak hanya berasal dari satu kacamata, tetapi aneka macam kacamata lainnya sehingga sanggup diterima aneka macam kalangan ilmiah lainnya.


Penutup


Sejarah mengajarkan kita perihal asal-usul insan itu sendiri serta aneka macam perjalanan hidup yang mengiringi kehidupannya. Semua insan mempunyai sejarah, dari mulai lahir hingga dia meninggal dunia. Dan itu juga termasuk ke dalam sebuah sejarah.


Hanya saja, ada beberapa sejarah yang patut diketahui secara umum dan ada pula sejarah yang hanya bisa dikenang oleh orang-orang yang mengalaminya. Tidak sedikit ada sejarah yang terlupakan oleh orang yang mengalami hal itu sendiri. Bagaimana pun, sejarah ialah salah satu hal penting yang sanggup menjadi pengajaran bahkan menjadi pondasi moral dari insan itu sendiri.





Baca juga:



FAST DOWNLOADads
| Server1 | Server2 | Server3 |
Download
Next Post Previous Post